Penulis vs Reviewer Buku
Saya pernah request review dari blogger buku (reviewer) sekitar 7-9 tahun lalu.
Tahapannya:
1. Cek dulu reviewer, riwayat bacaan dan review mereka, serta cocok nggak dengan target buku kita.
2. Kontak reviewer dan tawarkan buku kita GRATIS dengan harapan bisa direview dan ditayangkan di blog maupun sosial media reviewer. Kalau ada tarif, tanyakan di awal! Ada waktu yang mereka pakai untuk review terutama jika ini masuk ke marketing penulis/penerbit.
3. Mungkin budget terbatas, tetapi tetap service reviewer! Bisa kasih hadiah, bantu promosi blog/sosial media reviewer, aktif kolaborasi serta komunikasi.
4. Tidak memburu-buru reviewer kecuali ada kesepakatan tanggal review.
5. Setelah review rilis, hargai opininya baik itu oke banget atau penuh kritik. Ada juga reviewer yang akan kasih draft review mereka terlebih dahulu ke penulis. Jika acc, baru dirilis. Kalau tidak acc (misalnya rating jelek dan banyak kritik), bisa jadi review tidak naik.
Apakah bisa "dibagus-bagusin?"
Saya tidak menyarankan. Saya pernah direview bintang satu setengah oleh reviewer dan dia bertanya apakah review mau dirilis. Karena saya tahu riwayat review dia, dan memang saya butuh review dari orang yang sudah banyak baca, maka saya berterima kasih dan meminta dia merilis review.
Sakit hati iya, tapi bukan ke personal reviewer ya. Melainkan karena ternyata kemampuan nulis saya jelek (terbit indie waktu itu, dan pertama kali).
Setelah masa sedih dan sakit hati selesai, saya baca lagi review tersebut dan mengambil poin2 kritik dan sarannya.
Komentar
Posting Komentar