Mengapa Novel Indonesia Kebanyakan Menggunakan Elu-Gue?

 

Bahasa gaul yang dimaksud apakah bagian dari "colloquial" alias bahasa sehari-hari? Lebih spesifik lagi adalah bahasa sehari-harinya orang Jakarta?

Saya pernah ada di posisi pembaca/penonton yang kesal karena semua karya populer di Indonesia adalah jakartasentris -pusatnya adalah Jakarta-, bahasa yang digunakan 'elu-gue', kehidupan yang dibahas adalah kehidupan orang urban Jakarta. Semuanya merepresentasikan Jakarta, seolah Indonesia hanyalah Jakarta.

Sebagai anak daerah [saya dari Palembang], saya akhirnya menjauhi novel-novel atau sinetron Indonesia dan lebih memilih novel terjemahan atau drama Korea/Jepang/telenovela. Karena apa? Karena saya merasa dianaktirikan dan nggak relate dengan gaya bahasa/kehidupan yang diceritakan oleh orang Indonesia. Itu Indonesia Ibukota… Indonesia urban, menengah ke atas.

Sampai akhirnya, saya menulis dan tulisan saya memakai 'aku-kau' untuk merepresentasikan saya sebagai orang Palembang. Sehari-harinya memakai kata sapa 'aku-kau'. Latar tulisan saya pun bukan Jakarta. Tokoh-tokoh cerita saya hanyalah anak menengah ke bawah karena kehidupan saya seperti itu. Saya ingin orang-orang seperti saya ada representasinya di dunia sastra. Jadi, ya… saya menulis apa yang saya alami, lingkungan di sekitar saya, apa yang ada di dekat saya.

Jika kita datang ke toko buku, rata-rata penerbitnya di mana, sih? Penulisnya orang-orang mana, sih?

Kebanyakan penerbit itu di Jakarta, penulisnya pun dari Jakarta dan sekitarnya. Jadi, wajar saja kalau cerita yang diangkat oleh penulis adalah Jakarta dan kehidupannya. Pun bahasanya, jadi bahasa gaul karena itu yang terdekat dengan penulis.

Lalu, kita butuh lihat juga pasar terbesar penulis-penulis itu siapa?

Saya pernah baca penelitian kalau pangsa pasar terbesar atau yang membeli tulisan-tulisan itu mayoritas di Jawa, spesifiknya di Jabodetabek. Ya, mereka akan sangat menerima tulisan dengan bahasa gaul yang mereka kenal, biar relate gitu, loh.

Oh ya, bahasa gaul yang saya baca di literatur bahkan lebih dari 'gue-elu', melainkan juga sih, loh, dong. Silakan baca lebih lanjut di beberapa jurnal berikut:

On the development of a colloquial writing style: Examining the language of Indonesian teen literature

TYPES OF CASUAL LANGUAGE USED IN TEENLITS NOVEL

Kesimpulannya adalah, terdapat beberapa faktor mengapa penulis dengan bahasa gaul itu yang kita kenal:

  1. Mayoritas penerbit dan penulis ada di Jakarta dan sekitarnya
  2. Mayoritas pembaca ada di Jakarta dan sekitarnya
  3. Penulis merepresentasikan apa yang ada di dekatnya
  4. Pembaca membeli apa yang relate dengan kehidupannya

Jika kita, sebagai orang luar Jakarta yang bahasanya bukan bahasa gaul, kita perlu ekstra usaha untuk membuat orang-orang tahu tulisan kita. Kita punya tugas/beban moral untuk merepresentasikan daerah kita. Agar orang-orang tahu keberagaman dan lebih memahami isu serta bagaimana pola pikir yang diakibatkan perbedaan etnis/daerah. Ujungnya, agar saling memahami, mengenal, dan bekerja sama.

Sebenarnya bahasan ini menarik dan bisa jadi satu penelitian sendiri karena sampai sekarang hal ini masih terjadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mai Kuraki in the poetry

Apa Itu Premis, Logline, dan Sinopsis

Fase Baru