Cerita Terseram yang Pernah Saya Baca
Setiap kali aku menyapu lantai kamar, selalu saja ada rambut rontok entah sehelai atau beberapa helai. Mungkin, ini efek dari gonta-ganti sampo. Kuingat-ingat, bulan lalu aku mencoba sampo anti ketombe merek A, minggu lalu merek B karena sampo A membuat kulit kepala semakin gatal. Ketombe memicu rambut rontok, selama ini aku bersabar dengan rambut rontok di lantai, memungutinya lalu membuang ke tempat sampah. Tapi, kalau tiap hari berurusan dengan rambut rontok, aku kesal.
Kali ini, aku memakai minyak rambut yang konon katanya anti rontok + anti ketombe. Sebagai tipe yang mudah tergiur iklan, ya... aku coba. Setelah seminggu, jumlah kerontokan rambutku berkurang meski sewaktu menyapu masih ada beberapa helai menyangkut di ijuk.
Waktu berlalu dan tidak ada lagi helai rambut di lantai kamar. Aku harus berterima kasih pada minyak rambut itu!
Suatu ketika, aku mengikuti teman-temanku untuk potong rambut. Sebelumnya, aku selalu menjaga panjang rambut sehingga sewaktu rambutku dipangkas hingga beberapa jari di bawah telinga, aku terkejut karena wajahku tampak segar.
Anehnya, saat aku menyapu lantai kamar pada Sabtu pagi, sudut mataku menangkap sehelai rambut panjang! Sejenak aku berpikir, apa ini rambut lamaku yang tersisa di sapu? Akan tetapi, kemungkinannya sangat minim dikarenakan aku selalu membersihkan sapu -hingga tak ada sisa rambut di sana-. Kalau ditelaah, hanya aku satu-satunya perempuan berambut hitam di rumah ini. Ayahku botak, adik laki-lakiku rambutnya cepak, sementara nenek... rambutnya putih dan keriting.
Ah! Mungkin ini rambut lamaku yang baru tersapu!
Entah bagaimana, aku mulai takut pada kamar dan kegiatan menyapu. Bulu kudukku mulai berdiri sewaktu pandanganku menusuk lantai marmer putih, menemukan helai rambut hitam panjang. Meski aku sangat yakin rambutku tak lagi rontok -bahkan kalau rontok pun pasti rambutnya pendek-, dan kamar sudah kusapu bersih kemarin... pertanyaan menakutkan menyeruak dari otakku, "Menurutmu, rambut siapa itu? Tidak ada seorang pun di rumah ini yang punya rambut hitam panjang."
Lalu, setiap hari helaian itu ada. Mungkin, sudah lama ada tapi karena tak menyadari, aku... menganggapnya normal.
Tanpa menjelaskan kecurigaanku pada kamar itu, aku memaksa adik laki-lakiku bertukar kamar. Sebuah alasan agar lebih dekat dengan toilet -yang berada di samping kamarnya- membuat remaja cowok itu setuju.
Setelah melewati malam pertama pergantian kamar, esok paginya adik laki-lakiku mengomel. Dia bilang rambut rontokku berseliweran di lantai kamar. Aku bergidik, berdalih kalau rambutku tidak rontok lagi. Adikku lantas memeriksa rambut di lantai kamarnya, helaian rambut panjang hitam. "Tidak sama dengan rambutmu, Kak..." Adikku gemetar menggenggam rambut tersebut, dia pasti menebak-nebak rambut siapa itu.
Ada sesuatu di kamar itu.
Aku dan adikku saling mengunci mulut, pikiran kami sepertinya tersambung. Dengan cepat, kamar itu dikosongkan. Gudang dipindahkan ke kamar itu, adikku menyulap gudang menjadi kamarnya. Setelah itu, kamar yang sekarang gudang itu dikunci. Antara aku dan adikku, tidak ada yang mengatakan apa pun soal prasangka kami pada rambut dan kamar tersebut.
****
"Via, rambutmu rontok." Seorang teman sekelas yang duduk di belakang menyentuh punggungku. Dadaku berdesir setiap mendengar kata 'rambut rontok'. Sebelum sempat aku menoleh, temanku itu berujar, "Ah, bukan rambutmu. Rambut ini panjang dan hitam, rambutmu kan pendek, coklat."
"Ka-lau begitu, itu rambut siapa?" Aku bertanya, dada pun dipenuhi prasangka mengerikan.
{TAMAT}
Pranala: Wattpad - Where stories live
Versi youtube:
Komentar
Posting Komentar