[#TantanganMenulisNovel100Hari] PANDEMONIUM - CHAPTER VII
Keterangan :
Judul : Pandemonium
Penulis : Ariestanabirah
Genre : Romansa, Spiritual, Fantasi.
Sinopsis:
Kuraki Yuka (18 tahun) adalah seorang gadis berkekuatan aneh, kekuatannya sering disebut dengan ‘kekuatan suci’. Untuk melindunginya, Tuan Kuraki –ayah Yuka- meminta Yuka pergi ke Tokyo dan hidup bersama Akihiro Hiroyuki (27 tahun), tunangan Yuka. Sialnya, Yuka memakai kekuatannya dan membuat sebuah shinigami (Yuka tiruan) sementara dirinya yang asli menjelma seperti hantu yang tidak bisa dilihat manusia!
CHAPTER VII
Saat
Hiroyuki membuka mata, shikigami dan
ketiga anggota klub supranatural berdiri mengelilinginya dengan mata merah.
Mereka berteriak kompak, “Sensei!!”
Miki baru saja mau memeluk Hiroyuki
ketika pintu masuk kamar dibuka, Froshe dan Mai melangkah masuk dengan membawa
beberapa bungkusan. “Sepertinya sensei sudah
terlihat sehat, gadis-gadis SMA mengelilinginya sih!” ledek Froshe, “dasar lolicon,” desisnya samar.
Hiroyuki tertawa kecil, “Terima
kasih telah menolongku.”
Yuka yang sedari tadi berdiri di
dekat shikigami tak mengalihkan
pandangan dari Miki yang ia amati, dari tadi berusaha menyentuh Hiroyuki. Entah
itu tangan Hiroyuki bahkan baru saja ia ingin memeluk Hiroyuki, menggunakan
kesempatan dalam kesempitan. Sedetik saja Froshe dan Mai terlambat datang,
mungkin Miki berhasil memeluk Hiroyuki dan bukan tidak mungkin Yuka menggunakan
kekuatan anginnya untuk menerbangkan Miki, walau ia tak yakin kekuatan itu bisa
digunakan sekarang. Kekuatannya tak bisa dikontrol.
Miki memandang nanar kedua tangannya
yang terbuka lebar, menyesal. Ia berpikir, seandainya tadi ia mengabaikan saja
kedatangan Froshe dan Mai maka ia bisa memanggil Hiroyuki sambil memeluk, hal
itu akan terlihat wajar, ‘lega karena guru favorit sehat-sehat saja’. Tapi,
kalau melakukannya sekarang pasti jadi aneh. Perlahan Miki menurunkan tangan
dan memberi ruang pada Froshe dan Mai yang ingin bicara pada Hiroyuki.
“Kami menemukan komponen alat
peledak yang memicu ledakan pada empat orang yang menyerangmu,” terang Froshe.
“Kenapa kau bisa diserang? Padahal
Yuka tak ada di dekatmu waktu itu?” Mai melontar pertanyaan sembari
mengeluarkan roti-roti yang ia bawa. Ia membagikannya pada para murid Hiroyuki
dan Hiroyuki sendiri. Hiroyuki menerima roti dan menggigitnya sedikit sebelum
menjawab pertanyaan Mai. “Mereka bilang alat deteksi menyala saat di dekatku,
jadi mereka ingin membawaku,” balas Hiroyuki.
Yuka melirik Hiroyuki, maaf ini salahku.
Froshe termenung sebentar, “Setelah
kejadian di taman hiburan itu… jejak mereka menguap. Mereka pandai sekali
bersembunyi lalu membuat keributan. Berdalih ingin menjaga kedamaian tapi
merusak ketenangan umum…” Dengus Froshe.
Hiroyuki lantas teringat sesuatu,
“Bagaimana hasil kalian ke peramal sakti?”
Miki melebarkan mata lentiknya,
“Peramal itu bilang gulungan ada di... pin naga.”
Mendengar kata pin naga, Froshe dan
Mai jadi antusias. “Pin naga? Bagaimana bisa gulungan itu ada di mereka? Apakah
mereka… ada di sekolah kalian?” Froshe dan Mai berseloroh berbarengan. Setelah
selesai berkata, wajah keduanya memerah tanpa sebab.
Hiroyuki mengambil alih atmosfer,
“Apa lagi yang kalian dapatkan dari si peramal?”
Tsuneo yang diam saja akhirnya
menyahut. “Hanya itu, karena satu pertanyaan kami harus bayar 10.000 yen. Dana
klub sedang menipis karena OSIS membatasi anggaran jadi tak bisa banyak tanya.”
“Peramal?” Froshe tampak tertarik.
Miki menjelaskan tentang peramal
sakti yang beroperasi di taman hiburan. Wajah Froshe yang tengil tampak serius,
ia mencatat perihal peramal itu di notes dan berbisik pada Mai bahwa ia ingin
ke sana. Mereka berdua lalu pamit untuk menemui peramal itu, mencari petunjuk
apa pun yang bisa membawa mereka ke Perserikatan Anti Sihir – makna di balik
pin naga-
“Kami juga ingin undur diri sensei. Semoga sensei cepat sembuh.” Tsuneo memandang Isamu dan Miki, memberi kode
agar mereka pulang supaya Hiroyuki bisa beristirahat.
Saat berpamitan, Miki menggunakan
kesempatan untuk memeluk Hiroyuki. “Sensei,
cepat sembuh, ya!”
Yuka menggeratkan rahang,
menggepalkan tangan dan memandang penuh aura hitam ke Hiroyuki dan Miki. Shikigami hanya tersenyum, “Terima kasih
atas kunjungan kalian, ya!”
Ketiga anggota klub supranatural pun
berlalu. Shikigami lantas langsung
tertidur di sofa karena batas energinya hampir habis. Tinggal Hiroyuki dan Yuka
yang terjaga. Hiroyuki menahan napas, ia masih bisa merasa aura marah yang
berasal dari Yuka. Pasti gara-gara
pelukan Miki, tebak Hiroyuki.
Perlahan Hiroyuki memakan kembali
roti dan melirik Yuka yang bermuka masam. Yuka naik ke katil dan memandang
sinis pada Hiroyuki. “Kau menyebalkan! Menyebalkan!” umpatnya. Hiroyuki
mempercepat gigitannya pada roti supaya tidak tertawa melihat tingkah laku Yuka
yang merefleksikan kecemburuan.
Jujur saja, Hiroyuki sangat gembira
melihat Yuka yang cemburu. Baginya Yuka manis sekali seperti itu.
“Aku… juga ingin memelukmu…” Yuka
mendekat, berbisik pada Hiroyuki. Hiroyuki mendelik, terbatuk. Suara batuk
Hiroyuki mengacaukan moment, Yuka
menyadari kelakuannya dan menjauh dari Hiroyuki. Wajahnya panas atas apa yang
baru saja ia katakan, meski Hiroyuki tak bisa mendengarnya ia tetap saja merasa
malu.
Aku
juga ingin pelukanmu, Hiroyuki membatin dan meraih minuman, meredakan batuk
kagetnya gara-gara ucapan Yuka.
●●●
Di
suatu tempat, seorang laki-laki bertubuh besar tengah menengadah ke langit
lewat kaca jendela. “Tuan, anggota yang tak berguna sudah kita lenyapkan,” ujar
sekretaris yang baru saja masuk ke ruang mewah nan luas itu.
“Keluarga Kuraki sudah dibawa ke
penjara?” tanyanya.
Sekretaris berwajah cantik itu
mengangguk. “Hanya saja putrinya masih belum kita temukan.”
“Sudah beberapa bulan sejak
kebakaran di Kyoto tapi putri Kuraki masih menghilang. Soal alat untuk
menemukan gadis itu, apakah benar rusak?”
Sang sekretaris kembali
menganggutkan kepala dengan perlahan. “Alat itu mendeteksi kekuatan suci ada di
seorang laki-laki, bukan perempuan. Saat ini divisi riset sedang menyelidiki
ulang alat itu.”
Tuan besar itu memandang lurus si
sekretaris, dengan suara berat dia berkata, “Target incaran kita sekarang menjadi
dua. Laki-laki itu dan putri tunggal keluarga Kuraki.”
“Satu lagi Tuan, para anjing kepolisian Tokyo… sedang melacak
kita,”
“Tch, kita harus menjinakkan para anjing itu agar mereka tidak terus
menyalak.”
Komentar
Posting Komentar