[#TantanganMenulisNovel100Hari] PANDEMONIUM - CHAPTER X
Judul : Pandemonium
Penulis : Ariestanabirah
Genre : Romansa, Spiritual, Fantasi.
Sinopsis:
Kuraki Yuka (18 tahun) adalah seorang gadis berkekuatan aneh, kekuatannya sering disebut dengan ‘kekuatan suci’. Untuk melindunginya, Tuan Kuraki –ayah Yuka- meminta Yuka pergi ke Tokyo dan hidup bersama Akihiro Hiroyuki (27 tahun), tunangan Yuka. Sialnya, Yuka memakai kekuatannya dan membuat sebuah shinigami (Yuka tiruan) sementara dirinya yang asli menjelma seperti hantu yang tidak bisa dilihat manusia!
CHAPTER X
Suara
keramaian tertangkap di pendengaran Hiroyuki. Dengan wajah riang pria jenjang
itu melewati para pedagang yang menjajakan jualan, mulai dari pedagang permen
apel hingga pedagang takoyaki. Lalu, teriakan para penjaga stand permainan juga terdengar, mereka mempromosikan stand dengan penuh semangat.
Ketika melewati permainan menjaring
ikan, Hiroyuki bertemu Isamu dan Tsuneo yang sedang ribut mempermasalahkan cara
menjaring ikan. “Caraku yang akan berhasil!” tukas Isamu sombong. Tsuneo hanya
menghela napas, “Daripada terus mengoceh, lebih baik kita lakukan sekarang dan
tentukan pemenang dari jumlah ikan mas yang didapat,” putus Tsuneo.
Dua anak dengan darah muda
bergejolak itu lantas memegang wadah dan penjaring. Sang empunya stand memberi aba-aba dengan peluit dan
dimulailah kompetisi yang diikuti Isamu dan Tsuneo. Hiroyuki memandang dua
muridnya sembari menggeleng-geleng, dasar
anak muda! Apa saja diributkan.
“Sayang sekali, tak satu pun dari
kalian yang bisa menangkap ikan.” Sedih si empunya stand. Isamu dan Tsuneo melempar pandangan satu sama lain, “Lain
kali aku pasti bisa!” bisik mereka kompak.
Hiroyuki meninggalkan dua muridnya
itu, kembali ke tujuan awal yaitu berkencan
dengan Yuka –maksudnya, shikigami. Mereka
sudah berjanji untuk bertemu di festival karena shikigami harus ikut dengan Miki ke rumahnya untuk dandan seusai
sekolah. Berjanji temu seperti ini membuat jantung Hiroyuki berdegup tak
karuan, lebih terasa seperti kencan dan ia tak bisa membuang pikiran ‘bagaimana
rupa Yuka jika memakai yukata dan berdandan?’. Sepanjang hari, Hiroyuki sudah
memiliki berbagai spekulasi tentang Yuka dan Yukata. Pikiran nakalnya ikut
terselip meski ia berusaha melawannya dengan mantra, aku bukan lolicon.
“Sensei!”
Miki melambaikan tangan, gadis berambut hitam itu memakai yukata bewarna merah
muda. Di belakangnya berdiri Yuka yang masih dalam tampilan default sejak pertama Yuka di Tokyo.
Sebagai udara, Yuka memang tak pernah ganti kostum. Hiroyuki tampak sedih, ia
berharap Yuka segera kembali menjadi manusia sehingga bisa memakai yukata dan
berbagai macam kostum lain seperti yang dibayangkan oleh Hiroyuki, uppps.
“Sensei…”
kini shikigami mendongakkan kepala
dari balik punggung Miki. Hiroyuki mendekat dan meneliti shikigami. Shikigami memutar badannya yang berselimut yukata biru
dengan anggun, “Bagaimana?” tanyanya.
“Cantik, pas sekali.” Hiroyuki
memuji.
“Sekarang waktunya kencan!” pekik
Miki, ia meraih tangan Hiroyuki namun langsung ditepis oleh shikigami, Yuka yang mengendalikan shikigami sekarang. “Di-la-rang me-nyen-tuh!”
hardik Yuka.
Miki salah tingkah dan tertawa, “Kau
benar-benar brothercomplex ha ha.”
Shikigami
mendengus dan menggandeng tangan Hiroyuki. Hiroyuki menahan senyum, melirik
Yuka yang tengah memelototi Miki.
●●●
“Kalian
datang juga? Berduaan? Seperti pacaran saja!” Miki mendelik saat berpapasan
dengan Isamu dan Tsuneo, kini Isamu dan Tsuneo habis bermain tembakan meski tak
memenangkan apa pun. Kedua laki-laki itu sama-sama membuang muka, “Siapa juga
yang datang berduaan dengannya?” mereka saling tunjuk. Atmosfer akibat
perselisihan di permainan menangkap ikan masih terbawa rupanya, Hiroyuki
menghela napas gara-gara itu.
“Kau sendiri… pacaran dengan sensei,” sindir Isamu.
Miki merona dan memukul bahu Isamu,
“Bego! Aku tidak pacaran dengan sensei…be-lum.”
Shikigami
semakin mengeratkan pelukannya di lengan Hiroyuki.
Isamu berbisik di telinga Miki, “Aku
akan menyingkirkan adik brothercomplex itu
sehingga kau bisa berduaan dengan sensei.”
Miki terbelalak, tak pernah
menyangka Isamu si nyentrik kutu buku itu mau membantu urusan asmaranya. Miki
membungkukkan badan, “Terima kasih atas kebaikanmu, Tuan!” ini pertama kali
Miki memuji Isamu. Isamu menyengir dan menyentuh gagang kacamata hitam yang ia
kenakan.
“Yo!
Yuka-chan, ayo kita ke sana! Tsuneo
akan mentraktirmu takoyaki,” Isamu berteriak dan menarik tangan shikigami. Tsuneo yang namanya
dikorbankan oleh Isamu mendelik tajam, tapi ia tak bisa berdebat lebih lanjut
dengan Isamu lantaran Isamu menariknya dan shikigami.
Punggung-punggung itu lantas hilang ditelan keramaian.
Saat Miki melepas shikigami dengan wajah puas, Miki
menoleh dan memanggil Hiroyuki tapi Hiroyuki sudah tak ada.
Yuka berjalan menjauh agar ia tak menabrak
atau ditabrak orang, gadis mungil itu akhirnya berdiri menepi di dekat orang yang
menjual topeng-topeng. Yuka mengamati topeng-topeng itu, dia menyukai topeng
kucing yang berada di ujung paling kanan. Ah,
aku tak bisa mengenakannya. Yuka menyentuh topeng itu dengan hati dingin.
Tanpa ia sadari, Hiroyuki
mengikutinya. Melihat wajah berharap Yuka di depan topeng kucing, Hiroyuki
membeli dua buah. Meski Yuka bertanya-tanya mengapa Hiroyuki ada di sini
padahal shikigami ada di tempat
takoyaki, Yuka tak menanyakannya. Ia menganggap Hiroyuki juga perlu waktu dan
tempat untuk dirinya sendiri. Keberadaan
seorang Yuka yang tiba-tiba pasti merepotkan, menjengkelkan. Harus membagi
tempat tinggal serta uang, maaf. Yuka membatin.
Yuka lalu meninggalkan Hiroyuki dan
menuju pohon-pohon bambu yang penuh dengan kertas permintaan. Para muda-mudi
sibuk menulis dan menggantung permohonan mereka di bambu-bambu tersebut. Yuka
mengamati mereka dan membaca acak permohonan tersebut.
[Semoga aku menjadi pengantin sensei. –Hikaru Miki-]
Yuka tergelak, Miki sudah
menggantungkan harapan ternyata dan hal yang menyebalkan Yuka adalah isi
permohonan Miki yang sama dengan masa depan pilihannya waktu mengisi formulir
tentang masa depan setelah lulus. Apa dia
benar-benar mencintai Hiroyuki-han sebegitu
dalamnya?, tanya Yuka.
[Semoga M menyadari perasaanku. –F-]
[Semoga F menyadari perasaanku –M-]
Yuka mengeryitkan dahi membaca dua
kertas permohonan yang bergelantung tak berjauhan. Kenapa mereka saling menunggu untuk menyadari perasaan padahal mereka
saling mencintai?
Duarr!
Duarr!
Suara kembang api
terdengar sebagai salah satu ritual kemeriahan festival. Yuka mendongak ke
langit, melihat bentuk-bentuk kembang api yang cantik tengah menodai langit
malam.
“Yuka, kau ingin menulis permohonan
juga?” Yuka menoleh, Froshe dan Mai yang memakai yukata berjalan menghampirinya.
Yuka mengerjap-ngerjapkan mata, menoleh ke kanan dan kiri. “Kalian bicara
padaku?” tanya Yuka bingung.
“Memangnya selain kau, ada Yuka
lain?” seru Froshe.
“Kalian bisa melihatku?”
“Tentu saja! Kau kira kami ini rabun
hingga tak bisa melihatmu? Meski kau kecil, kau masih kelihatan kok.” Froshe
membalas cepat.
Yuka terpaku, memandang kedua
tangannya dengan pandangan tak percaya. Ia mengulangi pertanyaan, “Kalian bisa
melihatku? Benar-benar bisa melihatku?”
Froshe dan Mai melempar pandang,
“Kau tak bersama Hiroyuki? Dia tadi mencarimu,” tukas Froshe sambil menyodorkan
takoyaki pada Yuka. Yuka menerima takoyaki itu dan segera melahap, ini makanan
pertamanya semenjak menjadi nyata lagi. Rasa
daging cumi-cumi itu menghangatkan kerongkongan yang kering, yang tak tersentuh
makanan selama beberapa bulan. Tanpa ia sadari, air mata tiba-tiba mengalir.
Ada rasa haru memenuhi perasaannya saat ini. Dalam benak, Yuka ingin berlari
bertemu Hiroyuki.
Lekas Yuka menghapus air mata,
menerima pena dan kertas permohonan yang masih kosong dari Mai. Yuka menulis
sebuah permohonan lalu menggantungnya di bawah sekali. “Aku akan mencari
Hiroyuki-han. Terima kasih atas
takoyaki dan kertas permohonannya,” dengan sopan Yuka membungkukkan badan dan
berlalu.
Dengan wajah jahil Froshe mengintip
kertas permohonan yang digantung Yuka, Mai ikut mengintip jua.
[Semoga semua baik-baik saja –Yuka-]
“Kukira dia akan menulis, semoga bisa bersama selamanya dengan
Hiroyuki,” desah Froshe, merasa kecewa. Mai mengangguk setuju. “…Yuka bukan
tipe yang menunjukkan perasaannya, kan?”
“Kau benar.”
“Hiroyuki pun begitu.”
“Kau benar.”
Froshe dan Mai bertemu pandang lalu
tertawa.
Tap!
Tap! Tap!
Yuka berlari sekuat
tenaga, menerobos kerumunan sembari mengaktifkan antena mencari sosok Hiroyuki.
Ia berteriak memanggil, namun suaranya tertelan oleh suara kembang api yang
masih menyala-nyala di langit.
“Hiroyuki-han…” Yuka menghentikan langkah, sosok tegap Hiroyuki tampak keren
di tengah kerumunan, di kepalanya terpasang topeng kucing yang tadi dibeli,
sementara satu topeng lagi berada di tangan kanan. Hiroyuki masih berpura-pura
tak melihat Yuka. Yuka melangkah cepat ke arah Hiroyuki, “Hiroyuki-han.” Tangan Yuka melingkari pinggang
Hiroyuki, merasakan kehangatan tubuh kecil itu Hiroyuki tersentak. Degup
jantungnya tak bisa diatur. Perlahan Hiroyuki menyentuh kepala Yuka, ia bisa
merasakan halusnya rambut hitam itu. Yuka semakin mengeratkan pelukan sementara
Hiroyuki masih panik dengan keadaan.
Tangan Hiroyuki lantas melepaskan
pelukan Yuka, “Kenapa tiba-tiba memelukku? Kan sudah kubilang tak boleh
menyentuhku… kau tersesat dan takut aku meninggalkanmu, ya?” Hiroyuki menepuk
pundak Yuka, kini ia yakin kalau Yuka di hadapannya bukan lagi udara, Yuka
telah kembali ke fisik aslinya.
Mata Yuka memanas, air mata keluar
begitu saja. Hiroyuki memakaikan topeng kucing ke wajah Yuka, “…dengan begini,
kau bisa menangis sepuasnya.” Hiroyuki berbisik. Yuka merasa malu karena
tiba-tiba menangis, meski begitu ia tak bisa menahan air matanya. Ia merasa
senang karena menemukan Hiroyuki, tubuhnya kembali terlihat, dan ia bisa
menjadi manusia lagi sekaligus sedih karena sampai detik ini orang tuanya masih
tak memberi kabar padahal dia bersenang-senang bersama Hiroyuki. Hiroyuki
menenggelamkan gadis kecil itu ke dekapan, membiarkan Yuka melampiaskan emosi
semaunya.
Setelah tenang, Hiroyuki menarik
tangan Yuka untuk menyingkir dari keramaian.
“Aku punya sesuatu untukmu,”
Hiroyuki merogoh kantong jeans dan
mengeluarkan sebuah kotak. Ia berdiri di depan Yuka dengan perasaan gugup, dia bukan shikigami, dia Yuka. Batinnya
terus berteriak. Dengan tangan gemetar, Hiroyuki mengeluarkan hadiah yang ia
siapkan untuk Yuka, mengalungkannya ke leher Yuka.
Yuka menyentuh sesuatu yang
mengelilingi leher, sebuah kalung cantik dengan hiasan kupu-kupu warna perak.
Hiroyuki menarik naik topeng kucing Yuka dan tersenyum, “Selamat karena
nilai-nilaimu bagus,” ujarnya.
Yuka menarik kembali topeng itu
untuk menutupi wajahnya yang menahan malu.
“Yuka,” panggil Hiroyuki, dia menurunkan
lutut ke tanah dan menyentuh bahu mungil Yuka. Semakin mendengar suara
Hiroyuki, Yuka semakin ingin membenamkan diri ke tanah, bersembunyi agar
Hiroyuki tak mendengar suara detak jantung, mengetahui rasa gemetar yang
menyelimuti, atau melihat rona merah di wajahnya.
Hiroyuki dengan gemas menarik topeng
kucing Yuka dan menyembunyikannya di belakang punggung. Yuka tampak kaget dan
mencoba mengambil topeng itu kembali. Di saat wajah mereka berdekatan, Hiroyuki
menyentuh pipi Yuka… mendekatkan bibir ke bibir gadis itu…
Semakin dekat,
Semakin napas mereka saling terhirup.
Dua orang itu saling menahan napas
dan membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya…
Mata-mata itu saling menutup…
Cup.
Yuka membuka mata duluan karena
merasa aneh dengan rasa keras yang dikecup bibirnya. Benar saja! Bukan bibir
Hiroyuki yang muncul di hadapannya, sedetik sebelum ciuman itu terjadi,
Hiroyuki menurunkan topeng di atas kepalanya dan apa yang dicium Yuka adalah
bibir topeng. Wajah Yuka memerah, begitu pun Hiroyuki, hampir saja jantungnya
copot karena hal ini.
Yuka mendorong Hiroyuki dan
membalikkan badan, membuang rasa malu dan gugup ke udara.
Hiroyuki perlahan
membuka topeng, ia bersyukur dalam hati karena tak jadi berciuman dengan Yuka,
ia teringat janji tak akan menyentuh Yuka sampai gadis itu dewasa –lulus SMA-.
Dengan rasa sedikit menyesal, Hiroyuki memandang punggung Yuka.
Drrrt
drrrt.
“Kau di mana? Yuka! Yuka!” suara
Froshe di telepon mengagetkan Hiroyuki.
“Kenapa dengan Yuka? Yuka di…” Hiroyuki
menghentikan kata-kata dan melirik Yuka. Ia ingin mengatakan kalau Yuka
bersamanya, tapi sepertinya Froshe merujuk Yuka si shikigami saat ini.
“Dia tertembak!”
Hiroyuki menarik tangan Yuka setelah
sebelumnya memasangkan topeng kucing pada wajah mereka. Yuka yang tak mengerti
apa yang tengah terjadi hanya mengikuti Hiroyuki tanpa banyak tanya.
Komentar
Posting Komentar