Di Balik Aturan
Ketika saya menumpang sang burung besi, ternyata tempat duduk saya (dekat jendela) diduduki oleh orang yang seharusnya duduk paling pinggir. Oke, saya mengalah.
Pramugari lantas memperingatkan soal mematikan seluruh peralatan komunikasi sembari membacakan pasal yang memuat hal tersebut. Ada ibu-ibu yang masih rempong mengabadikan foto di sini sampai dia kena tegur pramugari.
Di tengah perjalanan, orang di sebelah saya menutup jendela, bete banget! Dia kan duduk di dekat jendela, saya pikir dia ingin lihat pemandangan malam tapi kenapa malah menutupnya? Saya yang seharusnya duduk di sana memang mengincar pemandangan! Kan, jadi bete. Lebih baik saya saja duduk situ, dia tidak usah lihat ke luar jendela.
Ternyata, alasan dia duduk dekat jendela karena...
Jeng! Jeng! Jeng!
Mau mainin ponsel! Keki banget!
Dia sembunyi-sembunyi, was-was pada Kakak-Kakak pramugari yang mondar-mandir. Entah dia main game atau apa dengan ponselnya itu, mungkin juga dia pasang mode pesawat. Tapi, kalau dia merasa tak apa pakai ponsel asal mode pesawat, tidak perlu disembunyikan! Dia tahu dia salah makanya takut-takut, kan? Rasanya saya mau teriak karena dia membuat saya tidak nyaman.
Suara pramugari terdengar, memberitahukan perihal aturan mematikan alat komunikasi termasuk laptop dan PDA. Orang yang di sebelah saya, tidak peduli dan masih saja gatal dengan ponselnya. Benar-benar deh! Setidaknya jangan menyeret nyawa orang lain gara-gara ketidakpatuhan atau pikiran, "Nggak pengaruh ponsel hidup atau nggak dengan pesawat."
Jika kamu belum/tidak bermanfaat untuk orang lain, pastikan kamu tidak mengganggu atau merugikan orang lain.
Pesawat lantas mendarat. Pramugari membacakan lagi perihal ponsel yang baru boleh dihidupkan setelah TIBA DI TERMINAL KEDATANGAN.
Tapi, orang sebelah saya, ibu-ibu rempong foto, dan bapak-bapak depan saya sudah mengaktifkan ponsel. Malah, orang sebelah sudah menelpon temannya. Cih!
Saya yakin ada alasan dan tujuan baik di balik aturan mematikan alat elektronik selama penerbangan atau sebelum di terminal. Namun, orang-orang yang tak taat aturan - membuat kebijakan sendiri- tidak peduli. Mereka lebih mementingkan urusan sendiri, tak tahu kalau saya keki sekali pada orang-orang seperti itu. Tak tahu kalau bisa saja perbuatan 'kecil' mereka berdampak besar, bukan hanya untuk mereka tapi juga orang lain.
Mereka orang dewasa yang tidak dewasa. Mereka orang dewasa yang tidak peduli aturan tapi bakal nuntut kalau terjadi sesuatu.
Semoga, saya tidak bertemu lagi orang-orang seperti itu. Bikin bete!
Aamiin.
Komentar
Posting Komentar