Cerita Bersama Coklat 3 (Bergeraklah!)
Ini adalah dunia dimana kau tak bisa menggunakan kemampuanmu
Ini adalah ruang dimana yang kau banggakan tidak berarti apa-apa
Kau tak memiliki apapun kecuali waktu untuk mengetahui hal yang harus kau ketahui
Inilah kenyataan
Kau sudah terjebak dan tersesat didalamnya
Menangislah!
Setelah itu, terimalah kenyataan.
Karena itu
Jika kau tak bisa berlari
Berjalanlah
Jika kau tak bisa berjalan
Merangkaklah
Bergeraklah!
Mulailah meski dalam kegelapan
Meski kau tak tahu keberadaan pintu keluar
Kau harus menemukan jalan,
Pergi ke dunia seharusnya kau berada
Menuju tempat yang tepat untukmu
Dan itu, tentu saja bukan disini
Note :
Ini adalah ruang dimana yang kau banggakan tidak berarti apa-apa
Kau tak memiliki apapun kecuali waktu untuk mengetahui hal yang harus kau ketahui
Inilah kenyataan
Kau sudah terjebak dan tersesat didalamnya
Menangislah!
Setelah itu, terimalah kenyataan.
Karena itu
Jika kau tak bisa berlari
Berjalanlah
Jika kau tak bisa berjalan
Merangkaklah
Bergeraklah!
Mulailah meski dalam kegelapan
Meski kau tak tahu keberadaan pintu keluar
Kau harus menemukan jalan,
Pergi ke dunia seharusnya kau berada
Menuju tempat yang tepat untukmu
Dan itu, tentu saja bukan disini
Note :
Coklat menghempaskan tasnya ke lantai, wajah ayu-nya terlihat kesal. Saya yang tengah membaca sebuah komik langsung melirik ke arahnya.
" Kenapa sih, matematika itu susah sekali? Memangnya kenapa kalau aku lambat dalam menghitung? Aku kan bukan orang yang jenius!!! " omel Coklat dengan api yang menyala-nyala di kedua bola matanya.
Saya menatapnya dengan banyak spekulasi.
Coklat melihat kearah saya, "Tadi aku ujian, matematika, karena nilai ujianku tidak memuaskan, guru memanggilku menghadap, guru itu menyuruhku mengulang ujian untuk memperbaiki nilai, nilaiku ternyata tetap hancur, terus dia bilang bahwa aku payah sekali" cerita Coklat sambil memanyunkan bibirnya.
" Apa hanya kau sendiri yang mengulang?" tanya saya penasaran, Coklat mengangguk kecil.
" Kita memang bukan orang yang ditakdirkan menjadi matematikawan kan?" tanya saya balik, Coklat mengangguk. " Iya, tapi para pendidik tidak peduli hal itu, mereka selalu saja menganggap semua anak didik harus mendapat nilai yang memuaskan" balas Coklat. " Pendidik seperti itu hanya fokus pada image dirinya, agar dianggap berhasil dan hebat dalam mendidik, huh..." sambung Coklat dengan penuh amarah.
Saya berdiri, menuju dapur, kemudian membawa air hangat, " Tenangkan dirimu".
Coklat meneguk air hangat dengan nikmat, mengatur nafasnya yang tadi tersengal-sengal karena emosi.
" Orang-orang otak kanan seperti kita memang harus ekstra belajar di tengah kurikulum otak kiri" sambung saya.
" Huh...makanya aku sebal, kita disuruh belajar matematika dan kawan-kawan, terus dan terus, banyak pula!, aku muak!! Otakku susah mencerna rumus dan angka-angka, seharusnya kurikulum pendidikan membuat metode yang bisa dipakai oleh anak otak kanan dong" balas Coklat dengan sengit.
Saya tertawa kecil, kenapa tiba-tiba Coklat ngomongin kurikulum? Sok banget omongannya ^_^.
" Makanya, cepetan lulus, terus cari tempat yang cocok untuk otak kanan, sudah cukup dengan kurikulum yang memanjakan otak kiri" , Coklat mengangguk cepat.
" Ya, aku harus lulus, dan kemudian kita fokus ke projek kita" sahut Coklat semangat, saya tersenyum. " Otak kanan kita akan bekerja seumur hidup kita, saatnya kita berteriak pada dunia, kita bukanlah orang yang bodoh, kita hanya orang yang salah tempat!" teriak Coklat penuh semangat sambil menggulung lengan bajunya.
" Kita akan membuka mata dunia, ketika kita berada ditempat kita yang seharusnya" sambung saya, saya dan Coklat berjabat tangan.
" Oh ya, ujian matematikamu bagaimana?"
Coklat memamerkan giginya, " Oh, besok aku remedial lagi"
Komentar
Posting Komentar