Cerita Bersama Coklat (Semua Tentang Kita)


Intermezzo :

Saya pertama kali mendengar lagu Semua Tentang Kita-nya Peterpan waktu SMP, jaman itu saya tidak terlalu peduli dengan band Indonesia karena fokus pada Jpop dan anime (jaman anime lagi booming di Indonesia), beberapa tahun kemudian, lagu ini menjadi theme song untuk perpisahan, saya ikut ambil bagian bersama teman-teman lainnya yang dibentuk dadakan sebagai paduan suara, pengisi acara perpisahan. Waktu itu, saya menyanyikannya sambil lalu saja. Tidak terlalu mendalami makna lagu ini, saya hanya perlu menyanyi sesuai lirik ^_^. 

The Story :

Skudai, Johor Bahru. Akhir 2012.

Tentang seseorang dan ceritanya.
Yang dirahasiakan.
Yang tidak diketahui.

Satu hal yang saya tahu. 
" Saya dan kamu, tidak pernah menjadi kita"
" Tidak akan pernah menjadi kita"

 Setidaknya, itu pemikiran saya setelah pintu itu terbuka.
 Semenjak akhir tahun itu. 

Kemudian, lagu Semua Tentang Kita tiba-tiba saja teringat.
Saya mendengarkannya.
Membaca liriknya dengan seksama dan khusyuk. 

Waktu terasa semakin berlalu  
Tinggalkan cerita tentang kita
 Akan tiada lagi kini tawamu  
Tuk hapuskan semua sepi di hati

Ada cerita tentang aku dan dia  
Dan kita bersama saat dulu kala  
Ada cerita tentang masa yang indah 
 Saat kita berduka saat kita tertawa

Teringat di saat kita tertawa bersama 
 Ceritakan semua tentang kita 

Ada cerita tentang aku dan dia  
Dan kita bersama saat dulu kala  
Ada cerita tentang masa yang indah 
 Saat kita berduka saat kita tertawa


(Semua Tentang Kita - Peterpan) 


Begitu menusuk. Entah mengapa.
Saya hanya merasa seperti itu.

Untuk mengabaikan perih yang menusuk itu, 
Saya memainkan lagu Semua Tentang Kita


Tapi nyatanya, lagu itu malah memperburuk suasana.
Rasanya begitu sedih.
Lagu itu terasa menjadi theme song.
Begitu tepat hingga saya kehilangan kata-kata.


Minggu Pertama Januari 2013

Si Coklat menyapa saya, menyambut saya dengan tersenyum seraya berteriak, " Selamat Datang!".
Dia berdiri, menatap saya lurus. Kembali mengucapkan kata-kata selamat datang. Terlihat sekali ia begitu merindukan kehadiran saya.

Saya membalas tatapannya dengan datar. " Apa kabar?" sapa saya. Coklat tersenyum kecil, " Sedikit berdebu, sedikit kesepian" jawabnya santai sambil memperlihatkan bagian tubuhnya yang kotor karena debu. " Syukurlah kau kembali, ayo kita bermain" godanya. Saya menyambut godaannya. Saya berjalan mendekatinya, menyentuhnya dengan lembut seraya berbisik, " Saya kembali".

Kami duduk berhadapan. 

" Kau mau bermain Start?" tebaknya. Saya diam. " Aku menyukai komposisi yang sederhana itu" sambungnya semangat. Saya menatap tumpukan kertas yang ada di tangan Coklat, salah satu kertas itu berisi catatan chord Start. Komposisi sederhana yang kami tulis tahun lalu. " Ternyata kita pernah menulis yang beginian ya" sahut saya datar. " Persembahan untuk seseorang kan?" ledek Coklat, saya tersenyum kecut.

" Ah, lagu yang lain saja, jangan start" teriak Coklat. Meski ia tak mengerti dengan detail, tapi ia tahu, ada sesuatu yang telah terjadi. Ia menebak saya dengan cepat dan tepat.

Saya menunjuk ke sebuah buku lagu yang ada di tangan Coklat, saya mengambilnya, kemudian membuka buku tersebut. " Ketemu!" sahut saya sambil menyodorkan buku lagu ke Coklat. "Semua Tentang Kita?" tanyanya. Saya mengangguk. " Baiklah, mari kita mainkan" ajak Coklat.

Kami berdua memainkan harmonisasi berdasarkan catatan yang tertera di buku lagu tersebut. Saya menyelaraskan jari-jari saya, membiarkan mereka menari-nari diatas yin dan yang, sementara Coklat mengubah sentuhan jari-jari saya menjadi rangkaian melodi. 

Sesuatu menusuk saya.
Dari dalam. Tak terlihat.

Coklat terlihat panik, " Kenapa? Kenapa menangis?" teriaknya, saya menggeleng, memintanya mengabaikan saya. " Teruskan" sahut saya sambil meneruskan permainan. Coklat hanya diam, menuruti kata-kata saya.

Satu demi satu chord dimainkan.
Kata demi kata terlewatkan.

Sesuatu semakin menusuk saya.
Sakit.
Sesak.
Begitu perih.
Lebih dari yang bisa didefinisikan.

Jari-jari saya berhenti menari dengan paksa. 

Coklat menatap saya dengan tatapan penuh tanya. 

" Ada yang begitu sedih, sangat sedih, sudah tidak tertahankan lagi, begitu sedih hingga rasanya sangat menusuk" bisik saya. Coklat diam membisu, membiarkan saya mengisolasi diri bersama kesedihan. 

" Mengapa kau begitu sedih? Bukankah seharusnya kau bahagia karena telah kembali?" tanya Coklat dengan pelan dan lembut. Saya tersenyum datar, berusaha menyeret kesedihan keluar. Kesedihan adalah teman yang saya benci. 

" Karena saya menyadari, ketika saya kembali kesini, ada hal-hal yang harus berakhir, akan berakhir segera" jawab saya singkat. " Ada kaitannya dengan seseorang di duniamu?" tebak Coklat, saya tak mengubris pertanyaannya. Coklat sudah tahu jawabannya meski saya hanya diam.

== Cerita doang ==
== Bener kok, cuma cerita doang ==
== Eh, curhat dikit sih (oops) ==




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mai Kuraki in the poetry

Apa Itu Premis, Logline, dan Sinopsis

Fase Baru