Cerita Bersama Coklat 2 (Mengapa)

(source : http://www.wolfsonian.org/sites/default/files/Dynamo%20Cafe%20and%20Shop%20V.jpg)


Kau menghindar,
Berbisik di balik persembunyian.

Orang itu mengatakan hal yang ingin kau dengar
Tapi mengapa, kau mengabaikannya?

Kau menginginkannya
Kau meragukannya
Kau mengharapkan
Mencintai
Mendoakan

Tapi mengapa, menolak keberadaannya?

Orang itu datang padamu
Seseorang yang kau impikan

Tapi mengapa, kau melakukan hal yang terbalik?

Setelah ia pergi
Kau mencarinya, meneriakkan perasaan yang mungkin tidak terdengar karena tlah terluka

Mengapa?

Kau meragukannya, kan?

"Aku mencintaimu"

Kau ragu terhadap sesuatu yang tak kau ketahui alasannya.

The Story :

Saya duduk dihadapan Coklat sambil meminum cappucino sementara Coklat asyik dengan mocca-nya. Dari balik jendela, mata saya mengamati seseorang yang sedang berjalan menuju kafe dimana saya dan Coklat berada.

Coklat memandangi saya dengan tatapan penuh tanya, "Apa yang sedang kau lihat?" tanyanya. Saya tersenyum sambil menunjuk ke seorang gadis manis yang sedang berjalan masuk, ia kemudian duduk tak jauh dari meja kami berdua.

Mata Coklat langsung menuju gadis manis yang berambut panjang itu, seorang pelayan mendekati dan menawarkan menu ke gadis itu.

"Kau mengenalnya?" tanya Coklat.  "Saya mengenalnya tapi ia tidak mengenal saya, saya 'tertarik' padanya". Coklat memelototkan matanya, "Tertarik??". Saya tersenyum kecil.

Saya menyodorkan tablet PC ke Coklat. Coklat mengambil tablet PC. " Gadis itu seorang penulis?" sahut Coklat. "Saya rasa, semua orang yang aktif di media sosial itu berpotensi jadi penulis" Balas saya cepat.

" Wkwkwwk, penulis status twitter!" Oceh saya dan Coklat serempak, kami tertawa kecil #penulis status??!!

"Hobi nulis status twitter atau facebook belum tentu penulis, kan belum menghasilkan duit" seru Coklat sambil memanyunkan bibirnya. "Tapi seru juga ya kalau bisa jadi penulis hanya dengan menulis status-status gitu, banyak stok status galau nih" ledek Coklat pada dirinya sendiri, saya hanya tertawa kecil mendengarnya.

Coklat larut dalam tulisan yang terpampang di layar tablet, ia begitu serius. " Eeehm, gadis itu blak-blakkan ya, nulis perasaannya dengan terang-terangan, kurang mention saja" celoteh Coklat. "Lebih seru kalau di mention, tapi..norak ah kalau cinta-cintaan di sosial media, nggak elegan gitu, untung gadis itu bukan tipe yang norak ya".

" Saya iri padanya".

Coklat mendekatkan wajahnya ke saya, " Apa yang kau irikan? Kau iri karena kurang update? Jarang nulis status atau aktif didunia burung gitu?", saya ketawa. #dunia burung??!!.

" Bisa blak-blakkan itu membuat iri  orang seperti saya" jawab saya santai. " Aku menyukaimu yang introvert kok" balas Coklat sambil memamerkan senyum lebarnya, "Idiih".

"Saya berfikir kalau seseorang yang ia cintai sebenarnya juga (mungkin) mencintainya. Hanya saja belum waktunya bersama" saya membeberkan pendapat saya pada Coklat.

" Oh, dia begitu blak-blakkan, aku pikir dia sudah bersama orang yang ia cintai, jadi mereka belum bersama?"

"Mungkin kehadiran 'ragu' yang menyebabkan mereka belum bisa bersama" ujar saya sambil melirik ke arah gadis itu. Gadis itu tengah membaca sebuah majalah sambil menikmati segelas air mineral.

" Sepertinya ia sedang menunggu seseorang" bisik Coklat, saya mengangguk setuju. Saya tahu, siapa yang ia tunggu. 

Saya masih mengamatinya sembari duduk santai bersama Coklat.

" Puisi 'Mengapa', kau tulis untuk gadis itu?" bisik Coklat.

Saya hanya tersenyum tipis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mai Kuraki in the poetry

Apa Itu Premis, Logline, dan Sinopsis

Fase Baru